Bandar Lampung, Pantauan KJ mengenai drainase (siring) kemarin
(29/10/2011) ketika melakukan investigasi ke beberapa wilayah di Teluk Betung
menunjukkan bukti bahwa penanganan Drainase oleh Pemkot dalam mengatasi Banjir
yang selalu terjadi setiap tahun bila hujan datang ternyata hanya isapan jempol
belaka dan terkesan setengah hati.
Di temui di rumahnya di Kampung
Kerawang kelurahan Garuntang Kecamatan Teluk Betung Selatan, Fadil bapak tiga
orang anak ini menjelaskan bahwa ditempatnya bila hujan datang pasti mengalami
kebanjiran, banjir terbesar dan terberat yang pernah dialaminya ketika tahun
2009 yang mencapai ketinggian 1,5 meter.
Rumahnya terendam dan akses jalan terpurus. Dari pengamatan
KJ langsung memang nampak siring (drainase) di samping rumahnya tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Drainase dipenuhi tumpukan sampah dan terjadi pendangkalan. “Kalau hujan, air tidak bisa keluar mas sehingga menumpuk disini dan mengakibatkan banjir, karena disini letaknya lebih rendah”. Katanya.
KJ langsung memang nampak siring (drainase) di samping rumahnya tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Drainase dipenuhi tumpukan sampah dan terjadi pendangkalan. “Kalau hujan, air tidak bisa keluar mas sehingga menumpuk disini dan mengakibatkan banjir, karena disini letaknya lebih rendah”. Katanya.
Hingga saat menurutnya belum ada bantuan untuk perbaikan drainase di
lingkungannya. Masyarakat melakukan pembersihan secara swadaya. Dari pengamatan
KJ, memang kawasan tersebut nampak
terlihat kumuh dan terkesan kotor karena tidak adanya drainase dan diperburuk
dengan adanya saluran pembuangan dari rumah tangga yang tidak beraturan. Dia
berharap kepada Pemkot Kota Bandar Lampung untuk segera memperbaiki dan
membuatkan drainase di wilayahnya karena dikhawatirkan bila hujan deras kembali
datang akan terjadi banjir besar seperti 2009 yang lalu.
Sementara itu dilokasi yang
berbeda Pak Joni, seorang pemilik usaha pencucian motor yang berada tepat
disamping Jembatan Sungai Kuala Jalan Yos Sudarso mengatakan bahwa, di daerah
itu memang langganan banjir setiap tahunnya. Ketika KJ memantau langsung keadaan kondisi Sungai Kuala nampak kotor,
penuh sampah dan berwarna hitam. Selama ini menurutnya belum pernah ada
tindakan dari Pemkot Kota Bandar Lampung melakukan tindakan pembersihan Sungai
Kuala. “Biasanya, kalau banyak sampah yang nyangkut ya kami sendiri bersama orang
sekitar sini yang membersihkan”. Ungkapnya.
Lain lagi dengan Pak Turino
warga Kampung Way Lunik kecamatan Teluk Betung Selatan, menerangkan bahwa di
tempatnya hampir setiap hujan datang pasti banjir. Didampingi istrinya, pedagang
makanan yang menempati bangunan tepat di atas drainase dan berseberangan langsung dengan gudang tapioka
milik PT. Umas Jaya ini mengatakan bahwa memang sudah pernah ada perwakilan
dari Pemkot Kota Bandar Lampung yang mengecek kesini dan melakukan pembersihan
namun tetap saja diwilayahnya banjir bila hujan datang. Banjir terparah pernah
dialaminya tahun 2009 yang lalu, ketinggian banjir mencapai 1.5 Meter. “Pendangkalan
terjadi karena banyaknya material batu dan pasir yang terbawa arus air yang
berasal dari hulu yang berada di Gunung Curup, karena disana ada penambangan
batu, jadi walaupun sudah di keduk atau dibersihkan tetap saja banjir lagi”,
demikian katanya sambil melayani para pembeli.
Selain itu juga dari hasil investigasi yang dilakukan KJ memang nampak struktur drainase di
daerah Way Lunik ini seperti keran, besar di tengah tapi di hilirnya mengecil.
Sehingga bila hujan deras datang maka air yang masuk ke drainase tidak segera
pergi. Celakanya lagi tepat diatas drainase berdiri bangunan bangunan liar
yang dipermanen menutup drainase. Dari
pengamatan KJ saluran drainase dibawah
bangunan tersebut telihat penumpukan sampah dan terjadi pendangkalan. Ketika ditanyakan
apakah ada izin menempati tempat itu dia mengatakan tidak mengetahui, karena
dia memperoleh tempat tersebut membeli dari orang sebelumnya. Saat diminta
pernyataannya seandainya sewaktu-waktu ada penggusuran apakah siap untuk meninggalkan
lokasi dia menyatakan bila sudah seperti itu ya mau apa lagi, karena bangunan
yang ditempatinya itu menggunakan badan jalan dan milik pemerintah.
Dijumpai di lokasi pembangunan Jembatan Way Lunik Hasan Basri , yang
mengaku sebagai pengawas para pekerja dan sedang melakukan pembangunan jembatan
membenarkan bahwa jembatan yang sedang dibangun tersebut sumbangan dari CV.
Bumi Waras. Nampak seperti keterangan yang tertera di plang pembangunan jalan
tersebut. Di bawahnya mengalirkan air yang berasal dari drainase yang hulunya
berasal dari pemukiman warga kampung Way Lunik yang sering mengalami banjir.
“Mudah mudahan dengan adanya jembatan yang ditinggikan dan diperlebar ini
banjir akan berkurang” katanya member informasi.
Temuan KJ selanjutnya yang
lebih mengagetkan lagi adalah hampir sepanjang Jalan Yos Sudarso sisi sebelah
kanan jalan bila kita hendak menuju Panjang nampak tidak adanya drainase. Walaupun
ada drainase nya tidak berfungsi. Itu nampak jelas terlihat sejak dari Hotel Sahid
hingga ke depan Kantor Bumi Waras. Sedangkan di depan Pelabuhan Panjang memang
drainasenya nampak terlihat lebar namun terjadi pendangkalan. Ketika Editor
lewat memang nampak kegiatan dari beberapa pekerja yang membersihkan drainase
tersebut dari sampah.
Tidak jauh berbeda seperti yang terjadi di Jalan Laksamana
Malahayati yang bersinggungan langsung dengan Komplek Ruko BW Kelurahan
Kangkung, koran KJ dengan ditemani Wahyu Ketua Ranting Pemuda
Pancasila Teluk Betung Selatan melihat langsung kondisi Kali Jaksa yang melintas
di areal pemukiman mereka. Kali Jaksa terlihat penuh dengan sampah hasil dari
pembuangan limbah rumah tangga maupun sampah sampah plastik. Air nampak kotor,
berbau busuk dan berwarna hitam pekat. Pendangkalan dasar kali sangat terlihat
terbukti dengan banyaknya dasar kali ditumbuhi rumput liar sejenis rumput gajah
yang nampak subur.
Menurut Wahyu di komplek tersebut bila hujan datang dan cukup deras
pasti terjadi banjir. “Banjir tersebut air nya kiriman dari Karang mas, bila
mau lihat buktinya coba saja mas datang kesini sewaktu hujan pasti banjir”
katanya menginformasikan. Masih menurutnya penyebab banjir tersebut kemungkinan
karena penyempitan dan pendangkalan yang terjadi di hulu sungai. Dalam pengamatan nya selama
ini belum pernah ada dari Pemkot Kota Bandar Lampung yang datang ke mari untuk
mengecek kondisi kali Jaksa tersebut.
Melihat hasil investigasi tersebut KJ menyimpulkan memang penanganan masalah drainase tersebut sudah
dilakukan oleh pihak Pemkot tapi hanya berada pada titik-titik tertentu saja
dan terkesan setengah hati. Sedangkan daerah yang sangat rawan banjir belum
tersentuh sama sekali dan terkesan terabaikan. Fenomena tidak adanya drainase disepanjang
Jalan Yos sudarso dan sudah berlangsung cukup lama membuktikan adanya indikasi
tersebut. Warga disana berharap Pemkot segera melakukan pembenahan dan
pembuatan drainase untuk mengantisipasi terjadinya banjir yang selalu berulang
setiap musim hujan tiba.
Dan kita juga harus
memberikan apresiasi kepada pihak swasta yang perduli dengan lingkungan dan
memberikan bantuan langsung seperti yang dilakukan CV.Bumi Waras dalam hal
pembangunan dan peninggian Jembatan Way Lunik. Hal itu diharapkan bisa
menggugah pengusaha-pengusaha yang lain untuk melakukan hal yang sama, berperan
serta dalam pembangunan Kota Bandar Lampung. Sehingga peran serta pihak swasta
ini bisa bersinergi dengan pemerintah kota dalam menangani dan mengatasi
bencana banjir di kota Bandar Lampung. Dan tentu saja peran aktif warga dan
kesadaran warga Kota Bandar Lampung dalam menjaga kebersihan lingkunganlah yang
paling diharapkan. Agar Kota Bandar Lampung yang bersih dapat terwujud.(FERRY
SUSANTO)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar