Jakarta -
Tanggal 11/11/11 tidak cuma menjadi tanggal istimewa
bagi pasangan pengantin yang melangsungkan pernikahan. Tanggal ini juga
jadi penting bagi wartawan yang
ngepos di kantor Wapres. Sebab,
pada hari ini Boediono memulai kebiasaan konferensi pers, dan berjanji
akan rutin berbicara pada wartawan.
Hari ini, Jumat (11/11/2011), Wakil Presiden Boediono menggelar jumpa pers.
Jumpa pers kali ini terasa spesial, karena momen Boediono memberi keterangan langsung kepada wartawan sangat langka.
Memang
kalau dikatakan jumpa pers perdana sebenarnya tidak juga.
Sebelum-sebelumnya, Boediono telah bertatap muka dengan wartawan, meski
jarang. Keterangan lebih banyak diwakili Jubir Wapres Yopie Hidayat.
Boediono
bercengkerama dengan wartawan setelah ada imbauan dari Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono (SBY) agar para pejabat mulai rutin bertemu media.
Wapres kebagian waktu tiap hari Jumat.
Selain itu, jumpa pers
yang terjadwal seperti ini tidak sering dilakukan Boediono karena Mantan
Gubernur Bank Indonesia (BI) ini memang dikenal irit berbicara. Saat
bersilaturahmi dengan wartawan di Istana Bogor, setahun lalu, Boediono
berjanji untuk mengakhiri puasa bicaranya. Namun, janji itu belum pernah
ditepati.
Hari ini, di ruang konferensi pers Kantor Wapres, Jl
Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, janji setahun yang lalu itu baru
ditepati. 20-an wartawan sudah berkumpul di ruangan kecil itu sejak 15
menit sebelum acara dimulai pukul 13.00 WIB. Dengan peralatan
masing-masing, mereka bersiap-siap untuk menyimak keterangan Boediono.
"Udah nggak sabar, nih," ucap seorang wartawan dengan laptopnya yang sudah menyala.
Jumpa
pers Boediono dipersiapkan betul oleh staf Kantor Wapres. Kursi-kursi
diatur sedemikian rupa. Beberapa pejabat eselon I yang mendampingi
Wapres disiapkan kursi khusus yang diberi nama di sandarannya. Sound
system juga diperiksa beberapa kali untuk memastikan telah berfungsi
dengan baik.
Sekitar pukul 13.08 WIB, datanglah waktu yang
ditunggu-tunggu. Berkemeja batik lengan pendek, Boediono masuk ke ruang
jumpa pers. Senyumnya tidak pernah meredup hingga duduk di kursi.
Rupanya, Boediono tidak jumpa pers sendiri. Ia ditemani oleh Kepala Unit
Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat (UP4B) Letjen
(Purn) Bambang Darmono dan Deputi Seswapres Bidang Politik Dewi Fortuna
Anwar.
Wapres memang memilih tema Papua dalam jumpa persnya hari
ini. Baju batik yang ia kenakan sendiri merupakan batik Papua bermotif
burung cenderawasih dan patung asmat.
"Kenapa tidak ada yang
duduk di depan? Kalau kuliah saya, banyak yang takut duduk di depan
karena takut ditunjuk. Sekarang kan tidak saya tunjuk," canda Boediono
mengawali jumpa pers.
Boediono lalu melanjutkan 'prolog'nya.
Menurut Boediono, jumpa pers hari ini dilakukan untuk membayar
kekecewaan jurnalis yang menginginkan adanya jumpa pers RI-2 setiap
Jumat. Meski nantinya tidak rutin-rutin amat setiap Jumat, namun ia
mulai saat ini menginginkan bertatap muka dengan wartawan dari waktu ke
waktu.
"Saudara-saudara sekalian, nampaknya memang saya ingin ke
depan, dari waktu ke waktu, untuk bertatap muka dengan saudara-saudara
sekalian. Tentu dengan topik masalah yang penting dan tidak harus
dijadwal secara ketat," terang Boediono.
Boediono mengatakan,
jumpa pers yang lebih sering ini supaya wartawan bisa lebih dekat
mengetahui gaya dan body language-nya ketika membicarakan sesuatu.
Biasanya, selama ini wartawan cuma mengutip keterangannya ketika ia
sedang berpidato.
"Nah, supaya lebih kelihatan body language
saya, muka saya, maka dari waktu ke waktu sama Yopie untuk
mengorganisir," jelas Wapres.
Lalu, jumpa pers masuk ke inti
masalah yang akan disampaikan Boediono, yaitu mengenai Papua. Sekitar
enam menit Boediono berbicara dari total sekitar 20 menit waktu jumpa
pers. Justru Kepala UP4B Bambang yang lebih sering berbicara. Wartawan
diberi kesempatan beberapa kali untuk bertanya, namun selalu Bambang
yang menjawab.
Ketika jumpa pers hendak ditutup, wartawan hendak
menanyakan persoalan lain dan tidak hanya tema Papua saja. Mereka
menginginkan Boediono berbicara persoalan lain, terutama krisis di zona
euro yang menjadi keahlian Guru Besar Fakultas Ekonomi UGM ini. Namun,
Boediono menolak.
"Lain kali saja, ya," tepis Boediono sambil tersenyum.
(irw/gun)