TOPIK HANGAT

10 Nov 2011

Mesuji Rusuh Lagi

Pabrik dan Mes Dibakar, Satu Tewas, Enam Luka

MESUJI - Sengketa lahan antara PT Barat Selatan Makmur Investindo (BSMI) dengan warga Kampung Sritanjung, Keagungan Dalam, dan Nipahkuning memuncak.


Satu tewas dan enam warga mengalami luka tembak saat bentrok dengan aparat keamanan kemarin (10/11). Korban tewas adalah Jaelani (45). Ia tewas tertembak di bagian kepala. Sedangkan Muslim (19) masih kritis dengan luka tembak di betis kanan. Keduanya warga Keagungan Dalam, Kecamatan Mesuji, Kabupaten Mesuji.

Tak hanya itu, peluru aparat juga melukai lima warga Sritanjung. Yaitu Rano Karno (25), Irun (16), Reli (18), Mat Tahan (16), dan Robin (15). Hingga tadi malam, para korban mendapatkan perawatan intensif di kampung setempat.

Bentrok warga dengan aparat ini berawal dari penyanderaan terhadap Gani dan tertembaknya Rano Karno. Menurut Rano, Gani diamankan aparat yang bertugas di Blok R-24 Kampung Sritanjung sekitar pukul 11.00 WIB.

’’Dia (Gani, Red) sedang memanen sawit bersama Hendri. Waktu memanen itu, delapan anggota gabungan brimob dan marinir datang untuk menangkap mereka,’’ terang Rano.Namun, lanjut dia, Hendri ditangkap dan Gani berhasil melarikan diri serta hingga kini belum kembali ke kampung halamannya. Ia juga menyatakan bahwa sepeda motor milik Hendri dirusak petugas. ’’Saat saya mau kabur, anggota brimob mengarahkan senjatanya ke saya,’’ ungkap Rano sembari menunjukkan bekas tembakan petugas kemarin.

Mengetahui rekannya ditembak anggota brimob, ratusan warga Sritanjung mengamuk. Selain dibantu tetanggnya, Keagungan Dalam dan Nipahkuning, ratusan warga Sungaimenang dan Pagardewa, Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, juga turut membantu.

Sekitar 500 massa menyerbu kantor Divisi II Perkebunan PT BSMI untuk membalas tindakan sewenang-wenang aparat keamanan. Di lokasi tersebut, warga merusak dan membakar kompleks perkantoran dan mes karyawan yang sudah tidak dijaga anggota brimob lagi.

Tidak puas sampai di situ. Massa bergerak menggunakan sepeda motor dan truk menuju kantor Divisi I Pabrik yang berjarak sekitar 5 km dari kantor Divisi II. Di kompleks perkantoran yang dilengkapi pabrik pembuatan crude palm oil (CPO) itu, mereka kembali bertindak anarkis.

Seluruh bangunan kantor, pos pengamanan, dan mes karyawan dirusak, yang kemudian dibakar. Tak hanya itu. Pabrik dan buah tandan segar sawit juga ludes dilahap si jago merah. Meski tidak ada korban jiwa, kerugian ditaksir mencapai miliaran rupiah.

Melihat aksi beringas massa tersebut, sejumlah aparat yang berjaga-jaga di PT BSMI kabur menyelamatkan diri. Tak lama berselang, satu peleton brimob dan belasan anggota marinir gabungan TNI-AD tiba di lokasi kejadian. Kehadiran aparat di bawah komando Kapolres Tulangbawang AKBP Shobarmen, S.I.K. ini bukan meredam tindakan anarkis warga.

Mereka malah semakin mengganas. Bahkan, satu unit kendaraan milik aparat hendak dirusak dan dibakar. Namun, upaya massa itu berhasil dicegah anggota brimob yang langsung mengeluarkan sejumlah tembakan ke arah massa. Enam warga pun menjadi korban peluru petugas.

Niat AKBP Shobarmen berdialog dengan warga pun urung terjadi. Hal ini karena aksi massa semakin brutal dan membabi-buta. Alhasil, Kapolres menarik mundur pasukannya dari lokasi perkantoran dan pabrik PT BSMI.

Mendengar keganasan massa tersebut, Manajer Personalia PT BSMI Toto memerintahkan seluruh karyawan untuk mengosongkan lokasi perkantoran dan mes di Kantor Pusat Divisi Perkebunan. Mereka mengungsi dengan membawa seluruh perabotan rumah tangganya ke rumah warga Kampung Fajarindah, Kecamatan Pancajaya.

Sampai berita ini diturunkan, kondisi di kompleks perkantoran dan mes karyawan PT BSMI sudah kosong alias tidak berpenghuni lagi. Seluruh pimpinan teras dan karyawan telah meninggalkan lokasi guna menghindari adanya aksi massa susulan.

Sehari sebelumnya, warga dari tiga kampung itu juga nglurug ke Mapolsek Simpangpematang. Mereka menuntut tiga truk yang mengangkut tandan buah segar sawit milik PT BSMI berikut sopirnya dilepaskan. Massa mendatangi polsek sekitar pukul 13.30 WIB menggunakan truk dan puluhan sepeda motor. Massa yang terdiri orang tua, pemuda, hingga anak-anak ini langsung memasuki halaman mapolsek dan melakukan orasi.

’’Masyarakat hanya ingin sopir dan kendaraan dikeluarkan dari polres. Cuma itu saja permintaan kami. Jika dipenuhi, kami akan pulang dan tidak berbuat anarkis,” kata Sulaiman (58), warga Sritanjung, yang disambut teriakan rekannya.

Senada dilontarkan warga Sritanjung lainnya, Raudin. Ia mengatakan persoalan ini merupakan dampak dari persoalan yang lebih besar, yang terjadi antara warga dengan PT BSMI yang telah mencaplok ribuan hektare tanah warga untuk dijadikan kebun sawit. ’’Sampai saat ini permasalahan tersebut belum selesai. Kami selalu dijanjikan oleh pemerintah. Buktinya sudah belasan tahun tidak juga selesai,” tukasnya.

Warga yang mengaku sudah 17 tahun ’’dijajah’’ PT BSMI sempat menolak proses mediasi yang ditawarkan petugas. Namun, upaya perundingan polisi akhirnya berbuah manis. Wakapolres Tuba Kompol M. Rivai Arfan, S.I.K. menyatakan ketiga sopir berikut truk pengangkut TBS sawit segera dikeluarkan dari mapolres. ’’Jadi bapak-bapak, kita akan keluarkan sopir dan truk. Sehabis magrib (Rabu, 9/11, Red), mereka sudah tidak lagi di polres. Percayalah dengan kami,” tuturnya.

Sedangkan untuk buah sawit, Rivai menegaskan, polisi tidak bisa mengabulkannya. ’’Karena kami menerima laporan adanya pencurian. Jadi kalau semua dikembalikan, apa kata orang tentang polisi. Sebab, buah segar akan dijadikan barang bukti,” jelasnya. Usai menerima penjelasan dan janji dari Wakapolres, massa membubarkan diri dan kembali ke kampungnya masing-masing.

Aksi anarkis massa ini buntut dari kekecewaan warga terhadap pemerintah yang tak kunjung mampu menyelesaikan sengketa tersebut. Pada 6 September 2011 lalu, ribuan massa sempat berunjuk rasa ke perkebunan milik PT BSMI.

Mereka mematok lahan yang diklaim karena telah diserobot PT BSMI seluas 7.000 hektare (ha). Pendudukan lahan tersebut sebagai bentuk kekecewaan massa terhadap PT BSMI, Pemkab dan DPRD Mesuji. Sebab, proses mediasi yang dilakukan pemerintah daerah selalu menemui jalan buntu.
Anehnya, lahan yang masih berstatus quo itu masih digarap oleh pihak perusahaan untuk mencari keuntungan. Padahal, warga sudah tidak lagi menggarap lahan yang diklaim milik mereka.

’’Ini sebagai bentuk kekecewaan kami terhadap sikap perusahaan dan pemerintah daerah. Tidak ada langkah konkret yang dihasilkan dalam proses mediasi tersebut. Kalau memang itu lahan perusahaan, silakan ditetapkan. Tetapi jika lahan itu milik masyarakat, ya kembalikan kepada kami. Jangan menggantung seperti ini,’’ tegas Leman, warga Sritanjung yang ikut dalam aksi pendudukan lahan di BSMI belum lama ini.

Selanjutnya, terus Leman, jika dalam waktu satu pekan tidak ada keputusan yang jelas dari pemerintah terhadap status lahan, maka warga akan menduduki pabrik seperti yang dilakukan saat demo beberapa waktu lalu. ’’Pabrik milik PT BSMI segera kami duduki jika hasilnya masih menggantung seperti ini. Kami tidak akan nego-nego lagi,” pungkasnya.

Menanggapi polemik tersebut, Kabag Tata Pemerintahan Umum Pemkab Mesuji Ripriyanto menjelaskan tuntutan warga telah dimediasi oleh DPRD dan tim sembilan bentukan pemkab guna menangani masalah sengketa lahan itu.

Hasil akhirnya, lanjut dia, pertemuan merekomendasikan Badan Pertanahan Nasional (BPN) Provinsi Lampung untuk menjelaskan kepada masyarakat tiga kampung itu tentang role mating atau pemetaan hak guna usaha (HGU) milik PT BSMI.

’’Jadi BPN-lah yang paling tahu bagaimana peta role mating. Selain itu, BPN juga akan membeberkan peta hasil ukur ulang HGU yang bertambah luas,” terang Ripri, sapaan akrab mantan camat Simpangpematang ini.
Secepatnya, masih menurut Ripri, BPN segera diundang ke Mesuji untuk menjelaskan HGU itu kepada masyarakat tiga kampung tersebut. ’’Nanti kita panggil PT BSMI dengan bukti-bukti tentang kepemilikan lahan yang diakuinya selama ini membeli dari warga,” ungkapnya.

Tidak hanya itu. Ripri juga berencana mengukur ulang lahan sengketa tersebut. ’’Hasil dari rapat koordinasi, tim akan mengukur kembali titik koordinat role mating yang telah diukur BPN. Karena harus menunggu izin dari BPN Pusat, maka kami akan mengirimkan surat permohonan lebih dahulu ke BPN,’’ tukasnya. (gan/c1/ary)

Pemicu Bentrok

-    Delapan aparat gabungan menangkap Gani dan Hendri. Namun, Gani berhasil kabur.
-    Saat itu, Rano Karno yang melihat penangkapan takut dan berusaha kabur, tetapi petugas menembaknya.
-    Aksi petugas membuat warga marah. Ratusan warga Sritanjung dibantu desa tetangganya, Keagungan Dalam dan Nipahkuning, serta ratusan warga Sungaimenang dan Pagardewa, Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, berkumpul.
-    Massa lalu merangsek ke kantor Divisi II Perkebunan PT BSMI untuk membalas tindakan sewenang-wenang aparat. Kompleks perkantoran dan mes karyawan dirusak dan dibakar.
-    Satu peleton brimob dan belasan anggota marinir gabungan TNI-AD tiba di lokasi kejadian. Kehadiran aparat makin membuat massa beringas.
-    Aparat langsung mengeluarkan sejumlah tembakan ke arah massa. Enam warga pun menjadi korban peluru petugas. Aksi massa yang semakin brutal dan membabi-buta membuat Kapolres setempat menarik mundur pasukannya.
Diolah dari Berbagai Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar