BANDARLAMPUNG - Warga Gerakan
Pemuda Ansor (GP) Ansor bebas berpolitik. Anggota badan otonom (banom) Nahdlatul Ulama ini dibebaskan bergabung
dan aktif di partai politik apa pun. Namun tetap diminta dalam koridor ahlisunnah waljamaah dan menganut politik berkebangsaan.
Seperti
disampaikan Ketua Umum GP Ansor Nusron Wahid saat memberi sambutan pada pembukaan Konferensi Wilayah GP Ansor Lampung Jumat
lalu, di Balai Keratun. Anggota
DPR RI dari Fraksi Golkar ini menyatakan Ansor sebagai organisasi gerakan
pemuda yang bernaung di bawah
NU, haruslah memiliki kader-kader yang
cerdas dan turut aktif dalam perpolitikan.
“Ansor
tidak mengharamkan aktivisnya bergabung partai parpol.
Tidak perlu saya sebutkan partainya,
sepanjang partai tersebut adalah partai yang beridiologi kebangsaan dan
berdasarkan azas ahlulsunnah waljamaah,” urainya berapi-api.
Namun,
tegasnya Ansor
mengharamkan bila anggotanya aktif
di parpol yang jelas-jelas mengusung idiologi
anti NKRI, anti pancasila, anti
agama. Nusron juga menyarankan, bahkan,
mewajibkan agar anggotanya yang aktif di partai supaya bisa duduk menjadi
anggota dewan. ”Kalau tidak jadi lebih baik ngurusin
pesantren saja, buat apa capek-capek ngurusi partai kalau tidak jadi dewan,” katanya tegas.
Dalam pidato yang berdurasi kurang lebih
30 menit , Nusron banyak mengutip
pernyataan dari Gus Mus yang mengatakan bahwa Ansor haruslah menjadi garda
depan. “Saya dititipi pesan oleh para kiyai dan para rois AM
supaya melakukan langkah-langkah rekonsolidasi
agar para ulama muda berada dalam satu barisan. Salah
satu pesan dari Gus Mus adalah, agar
Ansor selalu melakukan restrukturisasi membenahi struktur organisasi hingga
pada tingkatan paling terkecil atau ranting,”
tandasnya lagi.
Dikatakan, menurut
Gus Mus, rusaknya manusia tergantung rusaknya
pejabat, jadi bila dalam pemilu saja tidak mau nyoblos kalau tidak dikasih uang,
maka pejabatnya baik eksekutif maupun legislatif
pasti nantinya mata duitan. Itu rumus, dan rusaknya pejabat
dikarenakan rusaknya para alim ulama, sedangkan rusaknya alim ulama bila sudah
suka dengan duniawi dan mengejar-ngejar pangkat.
“Selanjutnya rusaknya ulama saat ini, adalah
bergantung dengan rusaknya gerakan Ansor. Bila waktu menjadi pemuda Ansor sudah
rusak, sudah mata duitan potong tangan saya kalau nanti saat jadi ketua NU
tidak mata duitan atau ketika jadi ulama tidak mata duitan,” katanya meyakinkan.
Pembukaan
Konferwil GP Ansor dihadiri oleh seluruh
pengurus DPW GP Ansor, DPC, dan PAC GP Ansor se-Lampung. Pebukaan dibarengi
dengan pengukuhan Majelis Dzikir dan Sholawat Rijalul Ansor, serta pelantikan 19 PAC se- Lampung dan
Silaturahmi Kyai Muda
NU.
Sementara
pelaksanaan Konferwilnya dihelat
di gedung NU Pringsewu dan terpilih sebagai ketua DPW yang baru Hidir Ibrahim.
Hidir terpilih secara aklamasi dan demokratis. (fey/spt)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar