TOPIK HANGAT

11 Des 2011

Warga Ansor Diperintahkan Rebut Jabatan Politik


BANDARLAMPUNG - Warga Gerakan Pemuda Ansor (GP) Ansor bebas berpolitik. Anggota badan otonom (banom) Nahdlatul Ulama ini dibebaskan bergabung dan aktif di partai politik apa pun. Namun tetap diminta dalam koridor ahlisunnah waljamaah dan  menganut politik berkebangsaan.
        Seperti disampaikan Ketua Umum GP Ansor Nusron Wahid saat memberi sambutan pada pembukaan Konferensi Wilayah GP Ansor Lampung Jumat lalu, di Balai Keratun. Anggota DPR RI dari Fraksi Golkar ini menyatakan Ansor sebagai organisasi gerakan pemuda yang bernaung di bawah NU, haruslah  memiliki kader-kader yang cerdas dan turut aktif dalam perpolitikan.
        “Ansor tidak mengharamkan aktivisnya bergabung partai parpol. Tidak perlu saya sebutkan partainya, sepanjang partai tersebut adalah partai yang beridiologi kebangsaan dan berdasarkan azas ahlulsunnah waljamaah,  urainya berapi-api.
        Namun, tegasnya Ansor mengharamkan bila anggotanya aktif di parpol yang jelas-jelas mengusung idiologi anti NKRI, anti pancasila, anti agama. Nusron juga menyarankan, bahkan, mewajibkan agar anggotanya yang aktif di partai supaya bisa duduk menjadi anggota dewan. ”Kalau tidak jadi lebih baik ngurusin pesantren saja, buat apa capek-capek ngurusi partai kalau tidak jadi dewan,” katanya tegas.
Dalam pidato yang berdurasi kurang lebih 30 menit , Nusron banyak mengutip pernyataan dari Gus Mus yang mengatakan bahwa Ansor haruslah menjadi garda depan. “Saya dititipi pesan oleh para kiyai dan para rois AM supaya melakukan langkah-langkah rekonsolidasi agar para ulama muda berada dalam satu barisan. Salah satu pesan dari Gus Mus adalah, agar Ansor selalu melakukan restrukturisasi membenahi struktur organisasi hingga pada tingkatan paling terkecil atau ranting,” tandasnya lagi.
        Dikatakan, menurut Gus Mus, rusaknya manusia tergantung rusaknya pejabat, jadi bila dalam pemilu saja tidak mau nyoblos kalau tidak dikasih uang, maka pejabatnya baik eksekutif maupun legislatif pasti nantinya mata duitan. Itu rumus, dan rusaknya pejabat dikarenakan rusaknya para alim ulama, sedangkan rusaknya alim ulama bila sudah suka dengan duniawi dan mengejar-ngejar pangkat.
         “Selanjutnya rusaknya ulama saat ini, adalah bergantung dengan rusaknya gerakan Ansor. Bila waktu menjadi pemuda Ansor sudah rusak, sudah mata duitan potong tangan saya kalau nanti saat jadi ketua NU tidak mata duitan atau ketika jadi ulama tidak mata duitan,” katanya meyakinkan.
        Pembukaan Konferwil GP Ansor dihadiri oleh seluruh pengurus DPW GP Ansor, DPC, dan PAC GP Ansor se-Lampung. Pebukaan dibarengi dengan pengukuhan Majelis Dzikir dan Sholawat Rijalul Ansor, serta pelantikan 19 PAC se- Lampung dan Silaturahmi Kyai Muda NU.
        Sementara pelaksanaan Konferwilnya dihelat di gedung NU Pringsewu dan terpilih sebagai ketua DPW yang baru Hidir Ibrahim. Hidir terpilih secara aklamasi dan demokratis. (fey/spt)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar